Kamis, 15 Maret 2012

Budidaya Kacang Tanah

I.          SYARAT TUMBUH
                Kacang tanah dapat dibudidayakan di lahan kering (tegalan) maupun di lahan sawah setelah padi. Kacang tanah dapat ditanam pada tanah bertekstur ringan maupun agak berat, yang terpenting adalah tidak terjadi genangan di sekitar tanaman. Namun demikian, yang paling sesuai adalah yang bertekstur ringan, drainase baik, remah, dan gembur.
                Kacang tanah masih dapat berproduksi dengan baik pada tanah yang agak masam maupun agak basa. Tetapi pada pH tinggi (7,5-8,5), kacang tanah sering mengalami klorosis, yaitu daun-daun menguning. Apabila tidak diatasi, polong menjadi hitam dan hasil menurun hingga 40%.
               
II.   BUDIDAYA KACANG TANAH
                Kacang tanah dapat dibudidayakan di lahan kering (tegalan) maupun di lahan sawah setelah padi. Kacang tanah dapat ditanam pada tanah bertekstur ringan maupun agak berat, yang terpenting adalah tidak terjadi genangan di sekitar tanaman. Namun demikian, yang paling sesuai adalah yang bertekstur ringan, drainase baik, remah, dan gembur.
1.    Pengolahan Tanah
                Pengolahan tanah pada umumnya bertujuan untuk memperbaiki struktur dan aerasi tanah agar  pertumbuhan akar dan penyerapan zat hara oleh tanaman dapat berlangsung dengan baik. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara dibajak sebanyak dua kali sedalam 15-20 cm, lalu digaru dan diratakan, dibersihkan dari sisa tanaman dan gulma, kemudian dibuat bedengan selebar 3-4 meter. Antar bedengan dibuat saluran drainase dengan kedalaman 30 cm dan lebar 20 cm. Jika tanah sudah gembur, cukup dilakukan penyemprotan dengan herbisida untuk membersihkan gulma, kemudian dilakukan pengolahan tanah minimal (minimum tillage) sepanjang barisan/alur yang akan ditanam.
2.      Penanaman
                Benih yang ditanam adalah benih yang baik, yaitu yang berasal dari tanaman sehat, kemurnian fisiknya tinggi (tidak tercampur sisa tanaman atau benda lain), cukup tua, bebas hama dan penyakit, daya tumbuhnya di atas 90%, dan berasal dari varietas unggul.  Untuk melindungi benih dari penyakit, seed treatment dengan fungisida pada benih sebelum ditanam sangat dianjurkan.
                Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm atau 30 x 20 cm. Pada tanah yang kurang subur dapat ditanam lebih rapat, yaitu 40 x 10 cm atau 20 x 20 cm. Lubang tanam dibuat dengan cara ditugal sedalam 3 cm. Benih yang ditanam per lubang tanam adalah satu biji, kemudian ditutup tanah yang halus.
3.          Pemupukan
                Pemupukan memiliki peranan penting dalam mensuplai unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk yang diberikan untuk kacang tanah adalah : Urea dengan dosis 50 kg/ha yang diberikan pada saat tanam, SP-36 dengan dosis 80 - 100 kg/ha pada saat tanam, dan KCl dengan dosis 25 kg/ha. Sebaiknya ditambahkan juga pupuk kandang dengan dosis 5 ton/ha pada saat pengolahan tanah. Pemberian pupuk kandang bermanfaat untuk memperbaiki struktur dan aerasi tanah, memperbaiki kehidupan mikroorganisme dalam tanah, serta menyediakan unsur makro dan mikro bagi tanaman (meskipun dalam jumlah kecil).
4.          Penyiangan dan Pembumbunan
                Penyiangan gulma dilakukan sebelum tanaman berbunga. Setelah ginofor masuk ke dalam tanah, tidak boleh dilakukan penyiangan, karena dapat menyebabkan kegagalan pembentukan polong. Kegiatan pembumbunan dapat dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama.
5.          Pengairan
                Dibandingkan dengan tanaman kacang-kacangan lainnya, kacang tanah memerlukan tanah yang lebih lembap. Lingkungan lembap ini diperlukan sejak saat tanam sampai dua minggu sebelum panen. Pengaturan air perlu diperhatikan karena  kacang tanah tidak tahan genangan air.
                Fase tanaman yang sangat kritis memerlukan air terjadi pada saat perkecambahan, pembungaan, dan pengisian polong. Pada fase ini apabila tidak ada hujan, air irigasi sangat diperlukan.
6.          Pengendalian Hama dan Penyakit
                Hama utama kacang tanah antara lain  wereng kacang tanah (Empoasca fasialin), penggerek daun (Stomopteryx subscevivella), ulat jengkal (Plusia chalcites), dan ulat grayak (Prodenia litura). Hama tersebut dapat dikendalikan dengan insektisida endosulfan, klorfirifos, monokrotofos, metamidofos, dan diazinon (seperti Thiodan, Dursban, Azodrin, Tamaron, dan Basudin). Untuk pencegahan, pestisida dapat diaplikasikan pada umur 25, 35, dan 45 hari.
                Penyakit utama kacang tanah antara lain layu bakteri (Pseudomonas solanacearum), bercak daun (lafspot), dan penyakit karat (Puccinia arachidis). Pengendalian dapat dilakukan dengan menanam varietas tahan atau menggunakan fungisida benomil, mankozeb, bitertanol, karbendazim, dan klorotalonil (seperti Benlate, Dithane M-45, Baycor, Delsane MX200, dan Daconil). Untuk pencegahan, fungisida tersebut dapat diaplikasikan pada umur 35, 45, dan 60 hari.
7.          Panen dan Pasca Panen
                Umur panen tergantung pada varietas dan musim tanam. Tanda-tanda tanaman siap panen antara lain : kulit polong mengeras, berserat, bagian dalam berwarna coklat, dan jika ditekan polong mudah pecah. Jika biji telah penuh harus segera dipanen, karena apabila terlambat biji dapat tumbuh di lapang.
                Setelah panen, polong dirontokkan dan dikeringkan hingga kadar airnya 12 %, yang ditandai oleh mudah terkelupasnya kulit ari. Penundaan polong basah lebih dari 24 jam dapat menyebabkan polong berlendir, mudah terinfeksi jamur Aspergillus flavus, dan terkontaminasi aflatoksin yang menyebabkan kacang menjadi pahit dan beraroma tengik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Page Navigation byhttp://creativityforindonesia.blogspot.com

Artikel Via Email

Dapatkan Update Artikel B-digg Via Email
Jika anda suka dengan artikel yang ada di blog ini, silahkan untuk berlangganan artikel blog ini via email gratis. Isikan alamat email anda di bawah ini!!